Pasca Video Viral Siswa SD di OKI ke Sekolah Pakai Kotak Stryofoam, Pemerintah Setempat Kaji Pembangunan Jembatan

KAYUAGUNG, Begawan Indonesia.com – Viralnya video siswa sekolah dasar di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan khususnya di Desa Kuala 12 Kecamatan Tulung Selapan yang pergi ke sekolah menggunakan kotak Styrofoam beberapa lalu direspon oleh Pemkab Ogan Komering Ilir.

Kepala Bidang Komunikasi Publik Dinas Komunikasi dan Informasi Ogan Komering Ilir Adi Yanto ketika dihubungi melalui sambungan telepon Senin (27/9/2021) mengatakan, pasca viralnya video tersebut beberapa dinas dalam lingkungan Pemkab Ogan Komering Ilir seperti dinas PU dan Bappeda telah mengadakan rapat.

“Nah dari hasil rapat tersebut akan dilakukan visibility studi untuk mengkaji apakah di desa tersebut layak dibangun jembatan atau cukup hanya dermaga,” kata Adi Yanto

Dijelaskan Adi Yanto, daerah Desa Kuala 12 adalah daerah pesisir dan memang warga di sana dalam melayani aktivis kebanyakan menggunakan perahu.

“Jadi pengkajian itu juga termasuk apa sebenarnya yang dibutuhkan warga di sana, sebab lokasi yang padat penduduknya adalah tempat lokasi sekolah dasar tersebut berdiri, sedang lokasi seberangnya atau asal siswa itu penduduknya sedikit,” terang Adi Yanto

Ditambahkan Adi Yanto, ada dua langkah yang saat ini tengah ditempuh oleh Pemerintah Daerah Ogan Komering Ilir.

“Langkah jangka pendek melakukan sosialisasi berupa himbauan oleh Camat dan jajarannya kepada masyarakat terutama para orang tua agar jangan membiarkan anak-anak mereka menyeberang sungai menggunakan kotak itu, sedangkan jangka panjangnya ialah dilakukannya visiibility study apa kebutuhan masyarakat dilihat dari jumlah penduduk, kebutuhan dasarnya apa” terang Adi Yanto

Dikatakan Ad Yantoi, sejauh ini memang belum ada usulan dari masyarakat terkait pembangunan jembatan.

“Di Musrenbang tidak ada usulan itu selama ini,” tambah Adi Yanto

Dikatakan Adi Yanto, pasca beredarnya video viral tersebut masyarakat di Desa Kuala 12 menjadi resah. Apalagi yang merekam dan menviralkan orang luar desa.

“Masyarakat resah sebab bagi mereka apa yang dilakukan anak-anak itu adalah hal biasa dan menjadi kegiatan mereka sehari hari sebagai warga yang hidup dan tinggal di daerah perairan,” pungkas Adi Yanto.

Seperti diberitakan sejak kemarin Jumat (25/9/2021) viral rekaman video di sejumlah platform media sosial dimana ada tiga orang anak sekolah dasar di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan,  berangkat ke sekolah menggunakan kotak dari bahan styrofoam untuk menyeberangi sungai.

Dalam video itu tampak ketiga anak tersebut berada dalam masing-masing kotak styrofoam warna putih berukuran kecil yang muat hanya untuk badan mereka saja.

Menggunakan pendayung juga dari bahan styrofoam ketiga anak itu mengayuh perahu menuju seberang tempat mereka bersekolah dI SDN 1 Kuala 12 Kecamatan Tulung Selapan.

Video itu menjadi ramai karena netizen khawatir anak-anak yang masih kecil mendapat celaka karena harus menyeberangi sungai yang cukup luas.

Ketika hal itu dikonfirmasi ke Kaur Perencanaan dan Keuangan Desa Kuala 12 Kecamatan Tulung Selapan Adi Perdana, ia bahwa sebenarnya anak-anak memanfaatkan kotak styrofoam sebagai pengganti perahu pergi ke sekolah adalah hal yang biasa di desa mereka.

Biasanya memang mereka diantar jemput oleh orang tuanya menggunakan perahu atau speed boat, namun kadang mereka menolak diantar jemput  jadi mereka pergi menggunakan kotak tersebut.

“Sudah 10 tahun ini anak-anak memanfaatkan kotak itu untuk bermain di sungai, biasanya bisa sampai 7 atau 8 orang yang bermain menggunakan kotak itu,” kata Adi Perdana melalui sambungan telepon Sabtu (25/9/2021).

Nah saat sekolah tatap muka dimulai kembali pasca libur akibat Covid 19, anak-anak kembali memanfaatkan kotak tersebut untuk berangkat ke sekolah sebagai pengganti perahu.

“Anak-anak itu semuanya bisa berenang dengan baik, mereka biasa berenang menyeberangi sungai yang lebarnya mencapai 120 meter,” tambah Adi Perdana

Adi menilai orang yang memviralkan video tersebut tidak tahu medan di sana. Bagi warga di sana hal seperti itu adalah hal biasa dan sudah berlangsung bertahun-tahun.

“Mereka tidak tahu medan jadi bicara seperti itu, memang ini (Desa Kuala 12) daerah perairan,” tukas Adi Perdana

Diakui Adi Perdana di desa mereka memang belum ada jembatan yang menghubungkan dua sisi sungai.

Namun hal itu beralasan sebab dengan luas sungai 120 meter tentu tidak mungkin menggunakan dana desa untuk membangun jembatan penyebrangan di sana.

“Bisa makan waktu 10 tahun kalau pakai ADD,  Selain itu sungai tersebut merupakan jalur transfortasi utama kapal yang membawa kendaraan maupun alat berat ke perusahaan-perusahaan yang ada di sana, jadi kalau akan dibangun jembatan harus tinggi dan tentu memakan biaya mahal,” terang Adi Perdana. R315